Bawang Putih Berfungsi Sebagai Antibiotik Alami


Bawang putih berfungsi sebagai antibiotikalami - Para ilmuwan dari Washington State University, Amerika Serikat menyatakan bahwa bawang putih memiliki zat aktif yang mutunya 100 kali lebih baik dibandingkan obat antibiotik ternama yaitu eritromisin dan ciprofloxacin dalam memerangi bakteri penyebab keracunan makanan. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Antimicrobial Chemotherapy menemukan bahwa sulfida dialil yang terkandung dalam bawang putih 100 kali lebih efektif daripada antibiotik eritromisin dan ciprofloxacin untuk menghancurkan lapsian pelindung bakteri tersebut, sekaligus mampu membasmi Campylobacter lebih cepat dibanding obat.

“Penelitian ini sangat menarik karena menunjukkan senyawa yang terdapat di bawang putih dapat mengurangi bakteri penyebab penyakit di lingkungan dan juga makanan. Campylobacter merupakan bakteri utama penyebab penyakit karena makanan di Amerika dan dunia,” ungkap Dr. Michael Konkel dari Washington State University.

"Sulfida Dialil bisa membuat banyak makanan menjadi lebih aman untuk dimakan. Bisa juga digunakan untuk membersihkan permukaan perlengkapan dan peralatan makanan, serta sebagai pengawet makanan kemasan. Tidak hanya bisa memperpanjang usia penyimpanan, tetapi juga mengurangi pertumbuhan bakteri yang berpotensi bahaya," kata rekan peneliti, Dr Barbara Rasco dari Washington State University.

Beberapa Penelitian di Indonesia

Wiryawan, Suharti dan Bintang dari Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang Putih terhadap Salmonella typhimurium serta Pengaruh Bawang Putih terhadap Performans dan Respon Imun Ayam Pedaging” yang dimuat dalam Media Peternakan volume 28 no. 2 edisi Agustus 2005 halaman 52-62. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk temulawak dan jahe tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. typhimurium sedangkan serbuk bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang setara dengan tetrasiklin 100 g/ml dengan konsentrasi 5%.

Rika Fithri Nurani Buana seorang mahasiswa Program Studi Mikrobiologi SITH dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 2005 melakukan penelitian yang berjudul “Daya Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada Daging Sapi”. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan menggunakan daging segar yang diberi ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 6%, ekstrak bawang putih tersebut mampu menghambat pertumbuhan Escherichia coli, tetapi dengan ketiga konsentrasi tersebut, tidak menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penelitian dilanjutkan dengan daging segar yang diberi ekstrak bawang putih 15%, 25%, 35%,dan 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dihambat namun tidak terlalu signifikan.  Konsentrasi ekstrak bawang putih yang paling baik untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 25%.

Edho Yulianto Suwardi seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran dari Universitas Airlangga melakukan penelitian berjudul “Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Perkembangan Staphylococcus aureus In Vitro”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih (Allium sativum) mempunyai aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi hambat minimum yang kemungkinan dapat dicapai dengan konsentrasi ekstrak kurang dari 12,5%.

Edi Santoso seorang mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan dari Universitas Airlangga melakukan penelitian berjudul “Potensi Bawang Putih (Allium sativum) sebagai Antibakteri terhadap Infeksi Edwardsiella tarda pada Lele Dumbo (Clarias batrachus) secara In Vivo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi efektif dari ekstrak bawang putih (Allium sativum) untuk mengobati infeksi Edwardsiella tarda pada ikan lele adalah 1X MIC (2.000 ppm) dan Survival Rate (SR) ikan lele setelah diobati menggunakan ekstrak bawang putih (Allium sativum) sebesar 46,67 % pada perlakuan L1.

Made Sumetriani seorang mahasiswa S2 Program Studi Bioteknologi Pertanian Universitas Udayana Denpasar pada tahun 2010 melakukan penelitian berjudul “Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn. ) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Lagenidium sp. Penyebab Penyakit pada Abalone (Haliotis asinina)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak bawang putih (Allium sativum. Linn) mampu menghambat pertumbuhan Lagenidium sp. pada abalone.

Martha Elselina Lingga dan Mia Miranti Rustama dari Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Padjadjaran melakukan penelitian berjudul “Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Air dan Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram Positif yang Diisolasi dari Udang Dogol (Metapenaeus monoceros), Udang Lobster (Panulirus sp), dan Udang Rebon (Mysis dan Acetes)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dengan berbagai pelarut dengan pengenceran tertinggi 75 % lebih memberikan pengaruh terhadap bakteri-bakteri Streptococcus sp (28.25 mm), Clostridium sp (27.75 mm) dan Plesiomonas sp (22.25 mm).

Sunanti seorang mahasiswa Program Studi Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melakukan penelitian berjudul “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tunggal Bawang Putih (Allium sativum Linn.) dan Rimpang Kunyit terhadap Salmonella typhimurium”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bawang putih dan ekstrak kunyit, maka semakin tinggi zona hambat yang dihasilkan. Bawang putih memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak kunyit.

Masniari Poeloengan dari Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor melakukan penelitian yang berjudul “Uji Daya Hambat Perasan Umbi Bawang Putih (Allium sativum linn.) terhadap Bakteri yang Diisolasi dari Telur Ayam Kampung” yang dipublikasikan pada saat Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII. Hasil uji invitro menunjukkan bahwa perasan umbi bawang putih mempunyai efektivitas sebagai antibakteri terhadap Salmonella sp diameter daerah hambat (DDH) 12.67 mm pada konsentrasi 50% dengan nilai konsentrasi hambat minimal (KHM) 3,125% serta memiliki daya antibakteri terhadap Escherichia coli 15.67 mm pada konsentrasi 50% dengan nilai KHM 3,125%. Semakin besar konsentrasi perasan bawang putih yang digunakan, maka semakin besar zona hambat yang terbentuk.

Pengalaman Penulis

Obat Mata Belekan / Infeksi Mata
Gejala penyakit mata belekan ini antara lain: mata berwarna merah, gatal, berair, perih, dan keluar kotoran. Penyakit mata belekan / infeksi mata bisa disebabkan karena serangan bakteri, virus, jamur, dll. Untuk membunuh bakteri, virus, atau jamur ini dengan menggunakan bawang putih. Caranya: bawang putih dikupas kulitnya lalu diiris dan dioleskan pada sekitar kelopak mata yang terkena sakit belekan. Insya Allah cukup efektif untuk gejala awal sakit mata belekan. Jika dalam waktu 2-3 hari belum sembuh juga, maka segera periksakan ke dokter mata. Jangan sembarangan membeli obat mata di apotik sebelum mendapatkan resep dari dokter. Membeli obat mata sembarangan tanpa resep dokter bisa membahayakan mata anda seperti kaburnya penglihatan, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.

Obat Kutu Air
Gejala penyakit kutu air biasanya berupa gatal-gatal di kaki, terutama pada saat musim hujan. Kutu air disebabkan oleh adanya serangan jamur. Untuk mematikan jamur ini dengan menggunakan bawang putih. Caranya: bawang putih dikupas kulitnya lalu diiris dan dioleskan pada bagian tubuh yang gatal karena kutu air. Bawang putih juga biasa dipakai untuk mengobati panu yang disebabkan oleh serangan jamur.

1 komentar:

  1. Bawang putih yang banyak tersedia di dapur rumah kita ini ternyata sangat bagus untuk membunuh bakteri.

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar dan kunjungannya.
Jangan lupa untuk berkunjung lagi pada kesempatan yang lain.